0
0
Pengembang game indie di Asia semakin beralih ke strategi mobile-first, memprioritaskan pengembangan game untuk platform mobile sebelum atau bahkan secara eksklusif daripada konsol atau PC. Pergeseran ini didorong oleh penetrasi smartphone yang sangat tinggi di Asia, biaya pengembangan yang lebih rendah untuk game mobile, dan model monetisasi yang fleksibel yang menarik bagi studio indie dengan sumber daya terbatas.
Asia adalah pasar mobile gaming terbesar di dunia, dengan jutaan pengguna smartphone yang aktif setiap hari. Ini menyediakan audiens yang masif dan siap pakai bagi pengembang indie. Membuat game untuk mobile berarti dapat menjangkau pasar yang jauh lebih luas dibandingkan dengan pasar konsol atau PC yang lebih tersebar dan seringkali lebih menuntut. Kemudahan distribusi melalui toko aplikasi juga menjadi daya tarik yang signifikan.
Selain itu, biaya pengembangan game mobile seringkali lebih rendah dibandingkan game AAA untuk konsol atau PC. Game mobile dapat dikembangkan dengan tim yang lebih kecil dan anggaran yang lebih terbatas, memungkinkan studio indie untuk mengambil risiko kreatif dan bereksumsi. Model monetisasi seperti free-to-play dengan pembelian dalam aplikasi (in-app purchases) atau iklan juga memberikan fleksibilitas pendapatan, yang sangat penting bagi studio indie untuk tetap bertahan dan berkembang.
Meskipun ada tantangan seperti persaingan ketat di pasar aplikasi dan kebutuhan untuk terus memperbarui konten, pendekatan mobile-first memberikan peluang besar bagi pengembang game indie di Asia untuk menunjukkan kreativitas mereka. Dengan memanfaatkan tren ini, mereka tidak hanya dapat menciptakan game yang inovatif tetapi juga membangun bisnis yang berkelanjutan dan menjangkau audiens global yang luas melalui perangkat yang ada di saku setiap orang.
