Inflasi tinggi pada tahun 2025 membawa dampak luas bagi seluruh masyarakat, tetapi generasi muda menjadi kelompok paling terdampak. Kenaikan harga pangan, energi, dan perumahan membuat mereka harus beradaptasi dengan cara hidup baru.
Banyak anak muda kesulitan membeli rumah pertama karena harga properti melonjak jauh di atas pendapatan rata-rata. Sewa pun ikut naik, memaksa mereka tinggal lebih lama bersama orang tua atau berbagi tempat tinggal dengan teman.
Selain itu, biaya pendidikan juga makin mahal. Mahasiswa harus menanggung beban utang yang lebih besar, sementara prospek kerja tidak secerah dulu. Inflasi mempersempit peluang mobilitas sosial ke atas.
Di sisi lain, gaya hidup anak muda juga ikut berubah. Mereka lebih selektif dalam pengeluaran, memilih produk murah atau alternatif digital seperti streaming dibanding hiburan konvensional.
Namun, generasi muda juga menunjukkan ketahanan. Banyak yang mencari sumber penghasilan tambahan lewat freelance, gig economy, hingga investasi di aset digital. Adaptasi ini membuat mereka lebih kreatif dan mandiri.
Pemerintah mencoba membantu dengan subsidi energi, beasiswa, dan program sosial. Tetapi, banyak yang menilai kebijakan ini belum cukup untuk mengatasi tekanan inflasi.
Krisis inflasi 2025 bisa meninggalkan bekas jangka panjang pada generasi muda. Ketidakstabilan ekonomi bisa memengaruhi keputusan besar seperti pernikahan, karier, dan keluarga.
Generasi ini mungkin tumbuh dengan lebih hati-hati, tetapi juga lebih tangguh menghadapi ketidakpastian dunia.